Minggu, 24 Maret 2013

TIGA PELABUHAN -Sebuah pelayaran hidup menuju PBSB-


“Brum….. brummm…..” suara mesin motorku terdengar begitu merdu,setidaknya itu menurutku.Oh iya…….. perkenalkan biasa dipanggil Fafa, aku seorang mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga.Pagi ini aku bersiap untuk berangkat ke kampus.Em begini  sekarang aku tedampar di kota Jogjakarta, kota budaya, pelajar, wisata, kuliner,juga kota kebebasan.Boleh dikata  Jogja adalah pelabuhanku yang ketiga, tentu saja akan panjang untuk menceritakan pelayarannya.Keadaanku sekarang lumayan mapan jika dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya, itu karena di sini aku mendapatkan bantuan beasiswa dari kementrian agama RI.Meski saat ini, kami—anak-anak beasisawa— belum mendapatkan LC(living cost)kami, kami merasa sangat senang.Setidaknya itu kata-kata yang perlu saya tekankan untuk sekedar menutupi apa yang terjadi .but enjoy brow, it’s okay.

“jung, tanjung cepat ayo kita dikejar waktu ni…..”teriakku mengajak tanjung.
“Oke Fa, ni lagi make sepatu…..” jawab di cepat.Tanjung adalah salah seorang  dari sekian banyak teman-temanku yang tergabung dalam progam besiswa ini, dia berasal dari Medan.Jadi gak usah heran kalau aku sering benget diajaknya makan nasi padang,walaupun kami bayar sendiri-sendiri aku tetap berharap dia yang bayarin aku, hehe.Dari progam besiswa tersebut kami angkatan 2012 ditempatkan di ponpes Lingkar Studi Al-qur’an Ar-rahmah dalam asuhan KH.Abdul Mutakim, selain seorang kyai beliau juga bekerja sebagai dosen di UIN.Pondok kami berjarak 8km dari kampus jadi untuk sampai kampus kami dulu pada awalnya mendapat bantuan 2kendaraan(naik mobil) dari bapak Dodit, dan tentu saja itu tidaklah gratis.Namun seiring berjalannya waktu sebagian kami sudah ada yang bawa, maksudnya punya motor.Dampak dari hal tersebut membuat penumpang mobil pak Dodit berkutang, eh sory maksudnya berkurang menjadi hanya satu mobil(yaiyalah bego).Dan diantara lelaki beruntung yang punya motor itu adalah aku.

“Hhuuuh” batinku dalam hati,akhirnya sampai kampus juga.Tanpa  banyak bicara aku dan Tanjung langsung menuju ke lante 3 ruang 3k9 karena  kita sadar, waktu masuk akan segera datang, dan dosen kami kali ini is Bu Najwa(yang menurut anak-anak berjuluk the killer teacher, aku gak ikut-ikut) ditambah aku yang akan presentasi kali ini “gila”.Masuk kelas, atmosfir langsung berubah drastic.Hawa dingin serasa merasuk ke sumsum tulang-tulang kami, angin berhembus begitu cepatnya membelai angan-angan kami, hela nafas begitu jelas terdengar, tiba-tiba terdengar suara
 “assalamualaikum wr.wb………….. baik bagi yang bertugas silahkan maju kedepan, silahkan langsung ambil alih kelas” itu Bu Najwa yang bicara.Dalam hati aku menggerutu “ckckck gila dosen ini to do point banget” aku pun melangkahkan kakiku ke depan kelas disusul oleh  Zaim dan Iyud(tidak bergandengan tentunya).

Dari hasil belajar-mengajar di kampus, jujur saja aku masih bagaikan punuk merindukan bulan.Melihat dan merasakan dari presentasiku tadi, aku sadar aku masih bodoh lah, tolol lah, idiot lah,(maaf kebawa Susana).Untungnya aku gak terlalu ambil pusing soal masalah kemaluan, so betapa buruk dan tidak bisanya aku dalam pelajaran entah kenapa aku merasa biasa-biasa saja tidak merasa malu,itu yang aku maksud dengan tidak ambil pusing dengan kemaluan tadi.Kalau dilihat-lihat ya inilah aku , manusia dari demak, agak kurus(padahal kurus banget)  , anti air(jarang mandi maksudnya), dan GANTENG( ini jujur), ditambah mendapat beasiswa, tapi kayaknya mendapatkannya secara beruntung.Entah apa maksud tuhan mengirimku ke anak-anak cerdas ini, apakah tuhan hanya ini berhumor ria denganku melihat ketololan yang semakin merajarela, aku gak kuat tuhan aku lapar aku butuh makan I need LC, maaf jika agak pribadi.Intinya, aku kan tetap menjalani takdir ini sepenuh hati dan sepenuh LC(kok balik LC lagi sih). Kalau boleh mengutip aku ingin mengutip pendapatnya  Masasi  Kisimoto dalam bukunya yang fenomenal yang berjudul NARUTO  dia mengatakan lewat tokohnya  yang bernama Naruto Uzumaki ; “aku tidak akan menarik kata-kataku  karana ini adalah jalan ninjaku dan sepertinya aku harus banyak mengucapkan terima kasih pada naruto yang telah banyak menginspirasi hidupku.TERIMA KASIH.

Dalam hidup memang selalu ada pasang surut, naik turun, kanan kiri, atas bawah, depan belakang, pokonya selalu ada yang namanya berlainan,berlawanan,berbeda,dan ber-ber yang lain untuk menyikapinya kita tidak harus lari dan bersembunyi dibalik tirai karena belum tentu yang dibalik tirai itu adalah kebahagiaan, yang harus kita lakukan adalah menghadapinya semampu kita .Masalah datang bukan untuk dibiarkan tapi untuk dijawab.Begitu juga aku yang sedang mencari jati diri, kumasuki segala macam lakon di duni ini aku juga sempat berfikir kalau kuliahku ini memang yang kuinginkan dalam hidup, apakah hal ini akan membawaku pada kebahagiaan???. Itu semua masih  tanda tanya, aku hanya mencoba menjalaninanya.Meski, aku tak tahu kemana arahku aku terus mengikuti arus dan itu lebih baik dari pada aku diam tak bergerak.Sesuatu yang diam tidak akan menghasilkan gaya, lain halnya dengan sesuatu yang bergerak,gerak  akan menghasikan gaya dan gaya itu kan terus bertambah jika kita terus bergerak.Entah apa nama gaya itu, tapi aku suka menyebutnya = gaya hidip.

Malam ini bulan bersembunyi di balik awan, udara juga terasa dingin mungkin akan turun hujan.Akhir-akhir ini sering turun hujan ,kemaren saja aku sempat jatuh terpeleset pada saat naik motor.Untungnya gak telalu parah, hanya luka ringan di bagian kaki kananku.Sampai-sampai aku harus ke kampus memakai sandal kurang lebih selama seminggu lamanya. Kelihatannya teman-teman merasa kelelahan hari ini, mereka sudah banyak yang tidur malam ini.Aku dengan Fatih masih setia di teras kamar atas menikmati kopi panas buatannya.Dia sedang membaca buku dan aku sedang bernostagia mengingat kenangan-kenagan masa lalu di pondok dulu…….
*****

Tepatnya sekitar enam tahun silam saat aku mengenal untuk pertama kalinya dunia pesantren, dulunya ketika aku masih MI aku pernah membayangkan melanjutkan sekolah ke SMP dan SMA unggulan di kota tempat  tinggalku(demak).Pada awalnya aku ditawari ayahku untuk mondok. Tapi aku masih belum yakin akan hal itu.Sampai pada suatu hari kami sekeluarga pergi  keluar kota,aku juga tidak tahu menahu kalau dibalik kepergian itu ayah memiliki rencana terselubung untuk memondokkan aku.Tentu saja aku masih polos belum mikir sampai kesitu.Akhirnya kami telah sampai di kota Pati tepatnya di daerah Trangkil, Guyangan.Disitu terdapat suatu pesantren yang bernama Raudlatul Ulum, kami melihat-lihat(survey) pondok tersebut mulai dari gedung sekolahnya(dulu aku sangat kagum dengan kebesaran gedung-gedungnya), asramanya, kantinnya, WCnya, pokoknya kami telusuri sampai ke sudut-sudutnya.Tapi, ayah bukanlah tipe pemaksa dia masih memberikan aku kesempatan berfikir untuk menerima atau tidaknya tawaran mondok tersebut.Keputusan final ada di tanganku.Kami pun kembali pulang ke Demak.Dalam perjalanan aku hanya diam menghadap ke samping luar memandangi pemandangan tapi pikiranku terus melayang memikirkan tawaran ayah tadi.

Tak disangka, Guyangan(nama akrab pondok itu) menjadi pelabuhanku yang pertama.Disini sangatlah ketat dan disiplin tinggi bisa diibaratkan inilah Gotor kecil.Aku tidak sendirian, Udin menjadi teman mondokku disini.Dia adalah anak dari teman ayahku di Demak.Kita berdua masih awam dengan dunia kepesantrenan.Kemana-mana selalu bersama makan bersama, tidur bersama, ke sekolah bersama, beli- beli juga bersama, bahkan mandi pun bersama(beda kamar mandi).Seakan semua jadwal keseharian kita, kita buat sesama mungkin, itupun pada awalnya.Hingga akhirnya kita mulai mengenal teman-teman yang lain.Kami bertukar cerita tentang kehidupan kami sebelum berada di Guyangan.Satu hal wajib yang menjadi kata sandi untuk bertanya adalah menayakan namanya, baru setelah itu silahkan bertukar cerita sepuas-pusnya.

Alfiyyah adalah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga santri-santri Guyangan, kitab karya ulama spanyol itu adalah menu utama disana.Semua santri(Mts) diwajibkan hafal kitab tersebut dan itu menjadi syarat kelulusan disana.Dalam prosesnya bisa dicicil pada setiap tingkatan kelas.Kenaikan kelas disana didasari dari tiga aspek  yaitu; hafalan, nilai, dan ketaatan.Salah satu saja dari ketiga aspek itu tidak terpenuhi, silahkan mengulang di kelas itu lagi.Disiplinnya juga sangat terkenal di mata sekolah dan pondok yang lain, dan itu bukan sekedar isu saja.Di Guyangan sekolah masuk pukul 06.45, meskipun begitu seingatku aku belum pernah terlambat sekalipun.Pokonya peraturan disana mencekik benget, sebisa-bisanya aku menghindari yang namanya pelanggaran, sekali kena urusan bisa runyam.Kalau masih pelanggaran ringan sih paling-paling diperingatkan  dan disuruh buat surat pernyataan bermaterai, juga ada bonus hukuman ngetem(berdiam diri sampai batas waktu yang ditentukan).Apalagi  kalau pelanggarannya sudah cukup berat, anda akan diberi pilihan drop out atau tidak naik kelas tentu saja ini pilihan yang sangatlah sulit.Tapi jangan tanya jika pelanggarannya sudah berat, silahkan angkat kaki dari bumi Guyangan.Itu sudah konsekuensinya, terkadang juga sulit mengklasifikasi apakah pelanggaran itu berat atau ringan karena dawuh kyai sangatlah absolut disana, tidak dapat diganggu gugat.Jika kyai bilang itu berat ya berat, kalu kyai bilang itu ringan ya ringan.

Meski Guyangan kelihatannya begitu keras, namun tidak semua yang ada disana tidak enak-tidak enak melulu.Ada disaat kita merasakan kebahagiaan yang  tak bisa terkatakan oleh kata-kata.Guru-guru disana juga ahli-ahli semua, dan tingkat keihlasannya dalam mengajar tidak diragukan lagi.Bahkan ada juga guru yang berasal dari Arab dan Amerika juga, mereka mengajar pelajaran bahasa tentunya.Dulu aku sempat  mengaji Al-qur’an dengan salah satu guru Mesir itu, Syekh ‘Adil namanya.Aku disuruh untuk mencoba menghafalkan juz ‘Amma(juz30).Katanya aku memiliki potensi untuk menghafal, padahal waktu itu aku tak begitu serius untuk menghafal.Terkadang, banyak yang agak iri padaku, ya karena bukan sembarang orang yang bisa dekat dengan sang Syekh.Apalagi sampai masuk kerumahnya, itu sangatlah special.Syekh sangat suka padaku, kaatanya aku mirip dengan anaknya yang berada di Mesir sana.Entahlah.

“Assalamualaikum ya Fafa,kaifa haluk…??”
“waalaikumsalam syekh, ana khoir syekh . wa anta???”
“Alhamdulillah khoir aidhon”.
Sampai obrolan tidak bisa dielakkan lagi.Setiap kami berpapasan, Syekh selalu menyapaku. Tidak jarang ketika aku setoran hafalan di rumahnya aku dibuatkan minuman lemon olehnya, aku merasa senang tapi disisi lain juga merasa sungkan.Ketika aku sakit di kamar, Syekh juga sempat menjengukku.Mungkin itu yang membuat teman-teman merasa iri padaku.Kenyataannya kebersamaanku dengan Syekh hanya berlangsung selama kurang lebih satu tahun saja, aku sangat berharap ini bisa lebih lama lagi.Syekh sudah seperti ayahku sendiri.Namun apa daya, tugas Syekh di Indonesia sudah selesai.Pasti syekh sudah sangat rindu untuk bertemu dengan kelurganya di Mesir sana begitu pula dengan mereka.Ada satu hal yang tidak mungkin bisa kulupakan.Tepat sebelum detik-detik kepulangannya keMesir, Syekh ‘Adil memanggilku.Diberikannya sebuah Al-qur’an kuno kepadaku, aku menerimanya dengan tangan  gemataran.Sambil menyerahkan, Syekh berpesan padaku untuk terus melanjutkan hafalanku sampai seterusnya, jangan  berhenti sampai sini saja .Hingga akhirnya, Syekh benar-benar pergi dari Indonesia, dari Guyangan, dari aku. Ilalliqo’ ma’assalah ya syekh.

Kepergian Syekh memang membuat aku agak  terpukul, tapi iti tidak membuatku patah semangat.Aku terus menjalani kehidupan apa adanya, sak mlakune.Aku sadar di sini(Guyangan) aku tidak sendiri, masih ada teman-teman yang selalu menemaniku disaat apapun.Dan semua yang ada di sini yang selalu kurindukan sampai sekarang dan sampai entah kapan akhirnya.
*****

Aku sempat tergabung dalam kelompok belajar kitab kuning(KBKK) yang dipelopori oleh Bapak Saifuddin, pak Sai—panggilan akrabnya— adalah salah satu ustadz yang mengajar di Guyangan. Beliau ialah lulusan pondok pesantren Sarang,Rembang.Pada awalnya pak Sai masih terbawa suasana di pondok Sarang, dalam mengajar dia sangatlah tegas, disiplin, dan keras.Namun, dibalik semua sikapnya tersebut dia memiliki maksud  dan tujuan yang baik.Bagi kami yang tergabung dalam kelompok belajar kitab kuning, dia adalah sosok yang sangat berwibawa dan sangat memperhatikan anak-anak didikannya.Buktiya aku sendiri.Dulu aku masih awam banget dengan yang namanya kitab kuning, berkat bimbingan pak Sai dan teman-teman yang selalu membantuku aku jadi lumayan bisa memahami pelajaran kitab kuning,setidaknya itu lebih baik jika dibandingkan yang dulu.Disamping mengajari kitab pak Sai juga memotivasi kami untuk bisa hafal kitab Al-fiyyah secara total, 1002 bait.Setiap hari jum’at setelah selesai roan(istilah kerja bakti dalam pesantren) kami KBKK sepakat berkumpul di masjid untuk menyetorkan hafalan Al-fiyyah kami, tentu saja pak Sai lah yang menyimak.Biasanya setelah setoran kami bercerita ngalor ngidul bagaikan tidak ada sekat antara guru dan murid, bahkan terkadang  pak Sai mengajak makan pagi di rumahnya yang memang cukup dekat dengan pondok.

Soal kualitas keilmuan pak Sai tidak perlu di tanya lagi, baru kemarin pak Sai menjuarai(menjadi jaura ke1) lomba Qira’atu Kutub  kategori nahwu ‘ulya tingkat Nasional di Kalimantan.Bahkan setelah kejuaraan itu pak Sai mendapat tawaran besiswa untuk kuliah sampai s3, tapi ditolaknya.Dia lebih memilih menjadi guru di Guyangan tercinta.Ckckckckcck so sweet banget pak.Pak Sai tidak tanggung-tanggung dalam mengajari kami, semuanya beliau berikan mulai dari ilmunya, pengalamannya, wejangannya, rumahnya(kita sering menginap disana), bahkan setelah aku lulus dari Mts Guyangan saat silaturahmi ke rumahnya aku dipaksa(secara halus tentu) untuk menginap di rumahnya.Dan tentunya aku terima paksaan itu.

Di madrasah, aku masuk kelas VIID.Kelas ini cukup asyik pikirku,banyak anak nakal ada juga 2anak yang hafalAl-qur’an(keren….),ada yang pendiam(mungkin aku masuk kategoro yang ini), ada yang cocotan, pokonya multi talent dech.Di kelas bodoh ini aku tidak akan bisa lupa semua kegilaan-kegilaan yang kami jalani.Singkat cerita, pasca di kelas orang-orang gila entah ini mukjizt atau apa yang jelas aku naik ke kelas unggulan, kelas VIIIA(Alhamdulillah gusti).Di sini hawanya sudah berbeda, kalau dilihat-lihat dari tampang-tampangya sih memang dari wajah mereka memancarka sindrom keilmuan yang beneran,gak dibuat-buat.Kalau masuk musimnya semester, wah…. Sudah adatnya terjadi perang saudara.Semua berebut mendapatkan nilai tinggi.Karena semuanya belajar aku gak enak kalau gak ikut belajar, walhasil dengan sedikit memaksa diri akhirnya aku pun juga ikut belajar.Yang aku suka di Guyangan salah satunya adalah sangat menghormati orang yang sedang belajar.Udah disepakati, jika ada orang belajar dan disaat yang bersamaan ada orang tidur(malam hari maksudnya) orang yang tidur harus rela jika lampunya dihidupkan untuk belajar oleh orang yang belajar

Disamping harus menyetorkan jatah hafalan  Al-fiyyah yang menjadi syrat kenaikna kelas.Ada hal unik lain saat semesteran dan aku sangat  menyukainya, yaitu begadang bersama sambil belajar bersama.Ada yang modelnya giliran;jam segini sampai segini kamu yang belajar, aku tidur nanti kalau udah selasai aku bangunin, kamu gantian tidur.Ada yang modelnya sambil makan dan minum kopi sampai pagi(ingat dilarang merokok).Ada juga yang modelnya buat catatan-catatan kecil(rajah).Ada yang hanya baca-baca sekilas.Ada yang pura-pura  baca buku sambil tiduran padahal yang dibaca itu komik.Ada yang gak ngapain-ngapain,tidur.Ada yang lain-lagi yang lebih aneh, tapi mempertimbangkan etos kesopanan penulis tidak menyebutnya.Jadi gak usah kaget atau tercengang jika saat ngerjain soal tes hanya diselesaikan dalam waktu 5menit saja,padahal waktunya masih sisa banyak.Itu udah biasa di Guyangan.Sisa waktu digunakan untuk tidur sebaik-baiknya, sebagai ganti tidur semalam.Atau langsung ke soal berikutnya, dan langsung bisa pulang.Meskipun begitu tidak semunya seperti itu, itu hanya kaum minoritas.Kaum yang mayoritas masih saja sibuk mencari contekan, atau mungkin membuka rajah yang dibuatnya semalam.Tentunya banyak sekali model dan gaya mencontek yang menurut penulis, pembaca lebih menguasainya.
*****

Soal makan disini ada tiga pilihan.Bisa milih jajan di warung sekitar pondok, ada bu senyum yang kerjanya slalu senyum saat melayani pembeli,ada bu rusminah sosok wanita tua yang ditinggal mati oleh suaminya tetapi masih memiliki semangat tinggi untuk berjualan, ada warsem(warung sempit) terletak di gang sempit antara dua rumah penduduk yang dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh penjualnya, ada warung gedung putih;disebut demikian karena letaknya yang berada di belakang gedung putih(gedung Mts catnya warna putih),semua tadi adalah warung-warung yang legal bagi para santri.Disamping itu juga warung-warung yang illegal di Guyangan, dan bagi para santri yang jajan disitu akan mendapatkan sangsi dari pihak pengurus.Meskipun pada nyatanya banyak santri yangh jajan disitu, ya…. Karena kasihanlah, masak udah susah-susah jualan gak ada yang mau beli(lebih tepatnya gak boleh beli).

Pilihan kedua adalah makan ngekos di pak Jalil(itu masih keluarga podok).Ini  sangat dianjurkan khususnya bagi santri-santri yang memang alergi dengan masakan kampung di warung-warung sekitar pondok.Dan tidak jarang makan di pak Jalil digunakan untuk para santri putra  untuk bertemu dengan para santri putri.Maklum anak putri kalau gak  makan ngekos ya pasti makan nasi bungkus kiriman dari orang kampung , santri putri selalu berada di dalam tembok asrama hanya bisa keluar ketika  pergi ke sekolah atau hanya jika ada even-even penting saja.Kasihan.

Pilihan yang ketiga adalah masak sendiri di pondok(gak mungkin kan kalau di tengah jalan), biasanya akan terbentuk kelompok-kelompok yang terdiri sekitar 4-7 anak.Setiap kelompok akan memiliki kebijakan masing-masing, hanya ada satu peraturan yang sama di setiap kelompok yaitu harus urunan semuaya.Wajib hukumnya, bagaimana mungkin mau makan kalau gak ada uang????.Pilihan ketiga ini paling rentan memicu pertengkaran, karena dalam kelompok pastilah ada yang loyal juga ada yang tidak.Tapi, dibalik itu ada semacam pelajaran untuk menumbuhkan rasa sosial, lebih mendewasaka diri, saling mengerti karakter satu sama lain.Masakan bagaimana pun bentuk dan keadaannya, sebagai rasa penghormatan ya kami telan semuanya aja mumpung lagi laperr.Minumnya pun sangatlah alami, hanya air keran. Ya betul air keran  yang itu lho yang biasa dipake untuk mandi, mencuci, cebok, mengepel, pokoknya air keran bagaikan air surga bagi kami, bisa berguna untuk apa saja bahkan air keran juga bisa berguna untuk mainan,hehehe.Aku  yang pernah merasakan ketiga pilihan makan tadi, merasakan  kalau makan dengan masak adalah yang paling seru, menantang, sekaligus menjijikkan(jadi inget saat bikin sambel  basi, nasi jadi bubur, gosong lah, masih mentah lah, juga sering nyampur bumbu yang udah jatuh kotor yang  tetep dimasukin di masakan, serba ancur pokoknya dah).

Tak terasa aku sudah berada di kelas IXA, tinggal selagkah untuk lulus dari Mts Guyangan.Padet banget kegiatan saat kelas IX, ada les-les wajib dari madrasah sampai belajar-belajar kelompok  di pondok.Kalau boleh cerita ada temen selain anggota KBKK yang menurutku sangat berjasa dalam menuntun kebodohanku menuju keagak pintaran, dialah aple(nama aslinya afif).Dia selalu mengajari aku terutama pelajaran yang masuk dalam materi UAN.Sayangnya dia bukan anak pondok,dia anak kampung.Jadi kami hanya bisa bertemu di madrasah, dia juga mengajari cara untuk menangis(aneh banget gak sih, tapi ini beneran).Kami bagaikan Dudung dan Maman dalam lagu Cangcuters, terkadang kami terlihat begitu keren dan kuul tapi juga sering terlihat sangat konyol saat sedang guyonan.Dia sangatlah terkenal dikalangan santriwati-santriwati, bisa diibaratkan dialah toilet pribadi diantara toilet-toilet umum.Sempurna.Singkat cerita, semua angkatan kami dinyatakan lulus 100%(seingatku begitu).Langkah selanjutnya adalah?.

Tepatnya hari itu, aku lupa hari apa.Hari ketika aku akan pulang ke rumah, yang jelas hari itu ayah bertanya ke padaku.”Fa, gimana? Mau nerusin disini atau dimana??”itu adalah pertanyaan paling mudah diucapkan tapi sangatlah sulit untuk dijawab. Aku masih saja terdiam.
“Aku pengen menghafal Al-qur’an, yah” tiba-tiba terdengar suara yang tak kusadari, ternyata itu berasal dari mulut manisku sendiri.Aku sempat kaget setengah mati, mendengar ucapanku sendiri.Padahal aku tak pernah memikirkan hal tersebut sebelumnya.Meskipun begitu, anehnya  aku merasa sangat yakin dengan apa yang barusan aku katakan.
“ow, begitu. Kalau begitu kita langsung menuju ke Kudus di PTYQR” kata ayahku  santai, dengan masih mengeja kata PTYQR yang terakhir tadi.
“PTYQR…….?” Aku mengernyitkan dahi.Bingung.

Hanya butuh  1jam untuk sampai di kota Kudus.Ow iya, saat kepulanganku ini aku ditemani sebagian teman-temanku, mau maen ke Demak—rumahku maksudnya—kata meraka.Mereka adalah kang Arib(anak guruku), Saifiddin(ahli b.arab), Zuhal(ahli debat), dan tentunya Aple(anak konyol).Meraka akhirnya menjadi saksi masa depanku setelah dari Guyangan, tepatnya di PTYQR.Aku baru tahu setelah sampai di sana ternyata PTYQR adalah singkatan dari “Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Remaja”.Pada saat itu memang keputusannya belum final, kami masih sekedar melihat-lihat dulu.Kalau cocok bungkus, kalau enggak buang aja.Setelah lumayan puas dengan surveinya kami lanjutkan perjalan ke Demak, ke rumahku.Oh rumah I miss U.Liburan ini kami habiskan waktu seenjoy mungkin, aku ajaj para tamuku jalan-jalan keliling Demak, kebetulan rumahku berada di jantung kota.Mereka di rumahku sekitar seminggu lamanya(tapi menurutku itu masih sebentar) setelah itu mereka pulang ke rumah masing-masing.Sekarang waktunya untuk keluarga.HUFT.
*****

Lagi-lagi entah kenapa,seperti tak terduga .Akhirnya pun aku berada di sana PTYQR,pelabuhanku yang kedua.Aku sudah menjadi santri resmi disana setelah melewati tes seleksi masuk pesantren.Begitu terkejutnya aku  ketika kudapati ada 2temanku dari Guyangan yang sama melanjutkan disana, itu pun tidak ada rencana diantara kami .Irvan dan Maco(aslinya Ashim) namanya.Suka duka selalu kami jalani bersama, kami bertiga sangatlah kompak dalam segala hal.Mulai dari ngaji, ngenet, bolos sekolah, blurut(meninggalkan sekolah ditengah pelajaran), pikiran kami pun relative seirama.Kalau dibandingkan Maco,aku dan Irvan masih dibawahnya dalam masalah hafalan Al-qur’an. Maco sudah khatam sejak dari Guyangan dulu.Meskipun begitu, itu tidak membuat hubungan kami renggang.Kami tetaplah kompak satu sam lain.

Berbeda dengan Guyangan, di Bejen(sebutan pondok PTYQR) peraturannya lebih terkesan longgar tapi kadang makan hati banget.Jarak antara  ustadz dengan santri sangatlah jauh, usatadz dan santri bagai 2kutub yang sangat sulit disatukan.Pasti selalu ada yang namanya kontra diantara kedua kubu.Namun pada saat-saat tertentu  terkadang (jarang)kedua kubu ini terlihat begitu dekat, akrab, dan solit banget.Menjadi santri bejen harus siap menerima pandangan interpretasi  dari para ustadz.Baik dan buruknya santri di bejen dilihat dari berapa banyak mereka melanggar peraturan, setiap pelanggran ada poin yang harus diterima bagi para santri.Poin yang sudah mencapai angka seratus(100) secara tidak langsung mengatakan “silahkan angkat kaki dari bumi bejen !!”.Setiap bulan akan diadakan pemeriksaan rambut sekaligus pembacaan poin.Ini merupakan ritual wajib setiap akan libur bulanan dan tak jarang banyak santri yang merasa tidak terima, karena mereka menganggap diri mereka sudah besar kenapa harus diperlakukan layaknya anak kecil.

Saat menegangkan lainnya adalah ketika pemeriksaan alat-alat elektronik.Karena waktunya yang mendadak dan tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan, yang membuat seru.Wah, kalau yang satu ini cukup mungkin menyulut api pertikaian antara santri dan ustadz.Lemari-lemari digeledah, jemuran pakaian di raba-raba, kasur-kasur diperiksa, pokonya setiap sudut tidak akan luput dari mata para ustadz.Mungkin masalah ini masih turun-temurun sampai sekarang dan aku pikir biarlah begitu tak usah ada perombakan.Karena hal itu pasti yang akan terkenang di kemudian hari.
*****

Selain mengaji Al-qur’an di bejen, para santri disana diwajibkan sekolah di madrsah TBS(Tasywiqut Tullab Salafiyyah) .Aku berani jamin tidak ada sekolahan di jagad manapun yang seunik, seaneh, dan sebebas TBS.Didalamya mengandung barokah para kyai dipadu dengan sikap  tawadhu’ para murid menambah sakral suasana disana.Kalau mau tidur TBS lah tempatnya, kalau mau bolos TBS lah startnya, kalau mau terlambat TBS lah tujuannya, kalau mau barokah ilmunya TBS lah asalnya, kalau mau sekolah tapi gak banyak mikir TBS lah solusinya, intinya kalau mau yang enak-enak TBS lah gudangnya.Keindahan dan kekacauan TBS tak bisa terungkapkan dengan kata-kata.TBS adalah hitam-putih hidup bagi para penghuninya.

Kegiatan selama nyantri di Kudus kalau gak berkisar ngaji Al-qur’an, sekolah santai, belajar terkadang, tidur sehat, dll.Aku cukup terkenal di kalangan adek-adek kelas(yang di pondok).Mereka sangat senang banget mendengarkan pengalamanku hidupku, terutama ketika di Guyangan dulu.Tak jarang bocah-bocah itu minta di dongengin sebelum tidur,sampai-sampai anak MA pun banyak yang gandrung dengan cetita-ceritaku.Meski aku tidak terlalu handal dalam hal perkitaban, aku paling sering dijadikan rujukan untuk bertanya.Maklum saja bejen kan pondok qur’an, aku yang berasal dari pondok kitab sudah barang tentu memiliki karisma tersendiri di mata mereka(sombong nih…).Ya itung-itung mengenag  masa-masa ketika menjadi anggota KBKK.Hhehe.

Tiga tahun di bejen begitu tak terasa(bentar lagi kiamat mungkin).Aku sudah kelas XII sekarang.Kalau dilihat dari kisaran umur inilah waktu bagi para pelajar untuk menentukan ke arah mana masa depannya nanti?.Pada awalnya aku gak begitu minat dengan yang namanya masa depan.Hingga akhirnya timbul rasa penasaran bertepatan dengan di umumkannya progam beasiswa bagi santri berprestasi.Aku tertarik untuk mencobanya, aslinya aku gak begitu serius menjalanianya.Hanya ingin mencoba seberapa jauh kemampuanku.Dari bejen ada 3delegasi untuk mengikuti tes beasiswa tersebut, ada aku, irvan , dan juga si ocyid.Aku masih teringat betul betapa tidak berdayanya aku menghadapi soal-soal pada saat itu, aku hanya mengandalkan sholawat saja yang kubaca setiap akan melingkari jawaban.Nyatanya dari ketiga delegasi bejen hanya aku yang lulus tes, tanpa belajar, tanpa apa-apa.Aku dinyatakan lulus.Ini aneh atau ajaib aku juga bingung, padahal aku yakin irvan dan ocyid lebih layak dibandingkan aku(walah merendah).YA, mungkin saja ini sudah menjadi skenario tuhan.Aku hanya bisa tersenyum.

Setelah pengumuman kelulusan UAN ditambah kelulusan besiswa tersebut aku masih diberi kesempatan tuhan untuk ikut acara paling agung dalam sejarah bejen. Itulah Haflatul Khidzaq.Aku, irvan, dan maco memang tidak dapat terpisahkan, kami menjalani Haflah secara bersamaan dan itu memiliki nilai kepuasan tersendiri dalam perjalanan hidup kami.Setiap tawa selalu dibarengi dengan tangis, itulah roda kehidupan.Mendapatkan label lulus memanglah sangat dilematis .Di sisi ini merasakan bahagia karana lulus, namun di sisi lain begitu sedih karena harus berpisah dengan semua kenangan-kenangan tempo hari.Hal yang semacam inilah yang tidak bisa dibeli dengan uang seberapa banyaknya sekalipun.Pasti aku akan rindu sekali saat-saat merokok di makar mandi, mencuri matoa dan rambutan pak kyai, menyabotase dapur,didenda ustadz, mengharumkan nama pondok lewat perlombaan,setor hafalan pada ustadz dam romo kyai, mbonex demi lihat konser,minum kopi arab di menara kudus, kabur dari pondok lewat jemuran, terutama disaat kebersamaan dengan  teman-teman sepondok sepelarian.OH bejen, satu hal dalam hidupku yang layak untuk dirindukan. -_-
*****

“Ciit, ciet, ciiet…….” Suara ipung(burung peliharahanku) memecahkan lamunan panjangku.Aku tersadar malam sudah begitu larut, entah sudah berapa lama aku menerawang  tadi.Dalam hati, aku masih menyimpan tanda tanya. ‘’ke arah manakah tujuan hidupku……..?”.Aku tidak begitu suka dengan hidup yang banyak perencanaan, aku lebih suka hidup yang tak terencanakan.Hidup akan lebih terasa menantang dan tentunya tidak membosankan.
“Tuhan, aku tahu engkau tidak tidur.Maka ijinkan lah malam ini aku menemanimu……….hanya kita berdua “.Pikiranku kembali melayang entah kemana, aku tak menghiraukannya.Tuhan sudah terlanjur menjadi tuhan.









Kamis, 21 Maret 2013

KONGKOW bersama Ahmad Baso

Udara siang kemaren tersa begitu membakar kulit, para  burung lebih memilih berkhalwat di balik-balik daun pepohonan daripada harus mengorbankan tenaganya untuk terbang.Sorenya, di Krapyak berkongkow ria bersama Ahmad Baso yang baru saja menyelesaikan buku terbarunya berjudul "Pesantren Stadis".Kongkow-kongkong santai kemaren mengalir begitu saja dan seperti biasanya, beliau bercerita khususnya tentang isi dari buku terbarunya tersebut.Disusul denganberbagai beberapa pertanyaan untuk mempercair suasana.

Ahmad Baso(menurut pengamatan saya) dia mencoba merangsang kembali greget kaum santri yang sudah lama terbunuh atau mungkin tersilaukan oleh ilmu-ilmu baru yang berbau westernizm .Dia juga mengkritik perguruan-perguruan tinggi islam yang lebih banyak didalamnya mengkaji keilmuan westernizm dibanding keilmuan islam itu sendiri(pesantren), mereka menggunakan metode-metode keilmuan westernizm untuk membedah keilmuan islam, bahkan dari berbagai referensi yang mereka gunakan untuk mengkaji islam sendiri berasal dari para orientalis.

Ironis memang melihat kenyataan yang sedemikin itu, berangkat dari kegelisahan Ahmad Baso tersebut memicunya untuk membahasanya dalam sebuah tulisan sehingga berwujud "Pesantren Stadisis" tadi.Dia juga menyinggung masalah karya- karya kaum santri yang sesungguhnya begitu besar jumlahnya, tapi terpaksa terbisukan, karena menurutnya tidak ada perhatian lebih untuk mengupasnya lebih dalam lagi bahkan dari kalangan santri sendiri.Hal demikian sebenarnya bermula dari kesilauan para muslimin terhadap westernizm.

Lewat Peantren Stadis tersebut Kiranya Ahmad Baso sudah memulai langkah untuk membangkitkan kembali semangat umat islam untuk lebih menghargai dan mengapresiasi khususnya karya-karya ulama klasik yang ternyata masih terbisukan.Ini merupakan tugas bagi kita(umat islam) untuk lebih respon, tanggap , dan peka terhadap karya-karya milik kalangan sendiri meskipun tidak juga menafikan karya-karya yang datang dari para outsider sekalipun.

Allahu akbar 2x......... adzan berkumandang dengan lantangnya pertanda kongkow sore harus diakhiri, lumayan dapet air minum gratis dan bisa bertatap muka langsung dengan Ahmad Baso.Aku lanjutkan perjalanan ke masjid kota gede sekalian shalat magrib disana.Pelabuhan selanjutnya di alun-alun  menikmati suasana malam sambil makan. ^_^

Rabu, 20 Maret 2013

MIMPI

Lagi-lagi mimpi yang sama
Sama seperti yang sudah-sudah
Sudah begitu adanya
Adanya ada  apa adanya

Bukan bukannya aku ingin
Ingin ingin memuntahkan pikiran dalam mimpi
Mimpi mimpi yang ternodai seorang guru
Guru guru berkacamata telanjang

Sayup-sayup terjaga 
Diam-diam bicara
Seolah-olah nyata
Nyata-nyatanya hanya mimpi

owya hanya mimpi
mimpi 
mimpi
mimpi, meski itu terjadi
 

Selasa, 12 Maret 2013

Kebenaran



Sempat aku tertuju
Pada daging itu
Berkelebat dalam hati
Membungkam akal
Membutakan indrawi
Tak kusangka-sangka
Ini
Hanya cinta
Yang mencoba        
Membunuh nurani
Hha Hha
Dasar cinta
Agaknya kau masih terlalu rapuh
Pengejawantahan sia-sia
Tak akan sampai
Meski coretan itu terlanjur berserakan
Dalam hati seorang pencari 
KEBENARAN.........

Minggu, 10 Maret 2013

Ani



Kutulis puisi ini untuk FATIH,biar diteruskan untuk ANI…….
(karena udah dibikinin kopi n agak dipaksa)

ANI
disini,ketika tangan tuhan sudah berkata
apalah daya kata-kata
hanya hati yang paling jujur menyatukan perasaan kita
diam,tak selamanya berdusta
dia selalu dapat menyuarakan rasa
kupasung sukmamu dalam  derai doa
meskipun tuhan lelah berkata
aku tetap akan memaksa
agar kita dapat bersama,untuk selamanya