Minggu, 03 Maret 2013

MEREVISI MAKNA PAHLAWAN

Bukan rahasia lagi bilamana Indonesia dijuluki  sebagi negeri sejuta pahlawan.Bukti otentik dari pernyataan tersebut adalah diperingatinya hari pahlawan setiap tanggal 10 November sejak 67 tahun lalu,entah itu lewat upacara bendera,menyambangi para veteran,hingga memutar film-film berbau perjuangan.Indonsia memang merupakan gudananya para pahlawan.Tak dapat disangkal bahwa perjuangan dan pengorbanan para pahlawan tersebut  berhasil membawa Indonesia merasakan nikmatnya sebuah “KEMERDEKAAN”.

Pasca kemerdekaan pun Indonesia masih konsisten menjaga persatuan dan persatuan yang menjadi senjata sakti mandra guna dalam mengusir para penjajah.Namun, seiring berjalannya waktu Indonesia terasa semakin meluntur dari nilai-nilai kepancasilaan. Apakah ini tumbal yang  mau tidak mau harus ditebus Indonesia yang telah berani melawan penjajah pada tempo silam? Tentu tidak.Keberanian memang memancing lahirnya konsekwensi  yaitu; tanggung jawab. Dan itu tidak perlu ditakuti, karena semua menyadari bahwa  Indonesia adalah bangsa yang pemberani.

Fase kemunduran ini sudah menjelma menjadi ironi tersendiri bagi warga NKRI(Negara Kesatuan Republik Indonesia).Soal contoh-contohnya,kiranya sudah menjadi rahasia yang tak bisa ditutup-tutupi lagi. Jika dilakukan pendekatan secara kritis-rekontruksional, sebenarnya Indonesia telah menjajah diriya  sendiri.Bagaimana tidak,para elit-elit pemerintahan—tentu saja tidak semuanya— seolah buta akan penderitaan rakyat, seakan tuli atas jeritan rakyat, berpura-pura peduli padahal tak menggubris sama sekali terhadap aspirasi rakyat. Mereka asik dengan kepentingan —pribadi— masing-masing. Kelompok ini telah merasa mapan dengan keadaan yang ada. Bagi mereka, tak perlu adanya perombakan sistem di Indonesia. Persetan dengan nasib rakyat yang kian hari semakin  memunculkan tanda tanya.

Disisi lain, rakyat yang merasa menjadi korban. Kiranya mulai bosan mendengar,apalagi mematuhi aturan-aturan dari “mereka”.Ibarat musuh dalam selimut. Secara tidak langsung, antara rakyat dan pemerintah muncul benih-benih permusuhan. Jika ini dibiarkan berlarut-larut, Indonesia akan mengalami disunion(perpecahan) sedangkan hal ini sangat bertentangan dengan nilai persatuan dan kesatuan yang selalu dijunjung tinggi oleh Indonesia.

Masalah mendasar yang mengganggu elan vital Indoesia kini adalah masalah Degradasi Karakter Bangsa. Betapapun absolut suatu sistem yang mengatur, jika tidak diimbangi dengan karakter yang sehat sama juga bohong,omong kosong. Disinilah  area Tarbiah(pendidikan) memainkan peran penting dalam membentuk karakter bangsa yang adiluhur, bukan cuma Ta’lim(pengajaran) saja yang selalu di elu-elu kan. Mengenai hal ini banyak kalangan —terpelajar sekalipun—  yang belum menyadari betapa urgennya peran Tarbiah itu sendiri.

Bukan saatnya Indonesia menunggu hadirnya pahlawan-pahlawan perubahan,sudah waktunya Indonesia merevolusi dirinya sendiri.Sekali lagi Indonesia tidaklah bangsa yang penakut tapi, bangsa yang pemberani. Jiwa kepahlawanan ditakdirkan mengalir dalam darah kita,setiap dari kita mewarisi keberanian para pahlawan.Kita hanya perlu mengobarkan semangat itu lagi.Setiap dari kita berhak menyandang gelar pahlawan.Kalau bukan kita,siapa lagi yang akan merevitalisasi nasib Indonesia untuk  kedepannya.

Menghadapi masalah demikian,seluruh elemen masyarakat dituntut berkontribusi dalam terciptanya pembenahan  dan lahirnya pahlawan-pahlawan baru yang lebih revolusioner . Bukan pahlawan dalam kaca mata kolonial layaknya era dulu yang harus angkat senjata bertaruh soul,boast, and wealth untuk mengusir para penjajah.Dikarenakan penjajahan sekarang ini  lebih bersifat metafis, untuk menumpasnya tentu diperlukan pahlawan dalam konteks kekinian,yaitu mereka yang berani melawan korupsi, penindasan, pengangguran, kebohongan, kemunafikan, kebodohan, kemiskinan, kelaparan, kolusi, nepotisme, egoisme, separatisme, feodalisme, kapitalisme serta sistem-sistem lain yang terbukti mengamini adanya ketidak adilan.
Ing ngarso sung tulodho
Ing madyo mangun karso
Tut wuri handayani. Mungkin jargon inilah yang paling tepat untuk menjawab problema-problema Indonesia sekarang kini.


Wahai “Pahlawan,jangan biarkan Indonesia menungggu lebih lama lagi. Karena Indonesia sudah sangat haus ingin merasakan kemerdekaan untuk yang kedua kalinya. MERDEKA !!!


Tidak ada komentar: