“Brum….. brummm…..” suara mesin
motorku terdengar begitu merdu,setidaknya itu menurutku.Oh iya…….. perkenalkan
biasa dipanggil Fafa, aku seorang mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga.Pagi
ini aku bersiap untuk berangkat ke kampus.Em begini sekarang aku tedampar di kota Jogjakarta, kota
budaya, pelajar, wisata, kuliner,juga kota kebebasan.Boleh dikata Jogja adalah pelabuhanku yang ketiga, tentu
saja akan panjang untuk menceritakan pelayarannya.Keadaanku sekarang lumayan
mapan jika dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya, itu karena di sini
aku mendapatkan bantuan beasiswa dari kementrian agama RI.Meski saat ini,
kami—anak-anak beasisawa— belum mendapatkan LC(living cost)kami, kami merasa
sangat senang.Setidaknya itu kata-kata yang perlu saya tekankan untuk sekedar
menutupi apa yang terjadi .but enjoy brow, it’s okay.
“jung, tanjung cepat ayo kita dikejar waktu ni…..”teriakku mengajak tanjung.
“Oke Fa, ni lagi make sepatu…..” jawab di cepat.Tanjung
adalah salah seorang dari sekian banyak
teman-temanku yang tergabung dalam progam besiswa ini, dia berasal dari
Medan.Jadi gak usah heran kalau aku sering benget diajaknya makan nasi
padang,walaupun kami bayar sendiri-sendiri aku tetap berharap dia yang bayarin
aku, hehe.Dari progam besiswa tersebut kami angkatan 2012 ditempatkan di ponpes
Lingkar Studi Al-qur’an Ar-rahmah dalam asuhan KH.Abdul Mutakim, selain
seorang kyai beliau juga bekerja sebagai dosen di UIN.Pondok kami berjarak 8km
dari kampus jadi untuk sampai kampus kami dulu pada awalnya mendapat bantuan
2kendaraan(naik mobil) dari bapak Dodit, dan tentu saja itu tidaklah
gratis.Namun seiring berjalannya waktu sebagian kami sudah ada yang bawa,
maksudnya punya motor.Dampak dari hal tersebut membuat penumpang mobil pak
Dodit berkutang, eh sory maksudnya berkurang menjadi hanya satu mobil(yaiyalah
bego).Dan diantara lelaki beruntung yang punya motor itu adalah aku.
“Hhuuuh” batinku dalam hati,akhirnya sampai kampus
juga.Tanpa banyak bicara aku dan Tanjung
langsung menuju ke lante 3 ruang 3k9 karena
kita sadar, waktu masuk akan segera datang, dan dosen kami kali ini is Bu
Najwa(yang menurut anak-anak berjuluk the killer teacher, aku gak ikut-ikut)
ditambah aku yang akan presentasi kali ini “gila”.Masuk kelas, atmosfir
langsung berubah drastic.Hawa dingin serasa merasuk ke sumsum tulang-tulang
kami, angin berhembus begitu cepatnya membelai angan-angan kami, hela nafas
begitu jelas terdengar, tiba-tiba terdengar suara
“assalamualaikum wr.wb…………..
baik bagi yang bertugas silahkan maju kedepan, silahkan langsung ambil alih
kelas” itu Bu Najwa yang bicara.Dalam hati aku menggerutu “ckckck gila dosen
ini to do point banget” aku pun melangkahkan kakiku ke depan kelas disusul oleh Zaim dan Iyud(tidak bergandengan tentunya).
Dari hasil belajar-mengajar di kampus, jujur saja aku masih
bagaikan punuk merindukan bulan.Melihat dan merasakan dari presentasiku tadi,
aku sadar aku masih bodoh lah, tolol lah, idiot lah,(maaf kebawa
Susana).Untungnya aku gak terlalu ambil pusing soal masalah kemaluan, so betapa
buruk dan tidak bisanya aku dalam pelajaran entah kenapa aku merasa biasa-biasa
saja tidak merasa malu,itu yang aku maksud dengan tidak ambil pusing dengan
kemaluan tadi.Kalau dilihat-lihat ya inilah aku , manusia dari demak, agak
kurus(padahal kurus banget) , anti
air(jarang mandi maksudnya), dan GANTENG( ini jujur), ditambah mendapat
beasiswa, tapi kayaknya mendapatkannya secara beruntung.Entah apa maksud tuhan
mengirimku ke anak-anak cerdas ini, apakah tuhan hanya ini berhumor ria
denganku melihat ketololan yang semakin merajarela, aku gak kuat tuhan aku
lapar aku butuh makan I need LC, maaf jika agak pribadi.Intinya, aku kan tetap
menjalani takdir ini sepenuh hati dan sepenuh LC(kok balik LC lagi sih). Kalau
boleh mengutip aku ingin mengutip pendapatnya Masasi Kisimoto dalam bukunya yang fenomenal yang
berjudul NARUTO dia mengatakan
lewat tokohnya yang bernama Naruto
Uzumaki ; “aku tidak akan menarik kata-kataku karana ini adalah jalan ninjaku” dan sepertinya aku harus banyak mengucapkan
terima kasih pada naruto yang telah banyak menginspirasi hidupku.TERIMA KASIH.
Dalam hidup memang selalu ada pasang surut, naik turun, kanan
kiri, atas bawah, depan belakang, pokonya selalu ada yang namanya
berlainan,berlawanan,berbeda,dan ber-ber yang lain untuk menyikapinya kita
tidak harus lari dan bersembunyi dibalik tirai karena belum tentu yang dibalik
tirai itu adalah kebahagiaan, yang harus kita lakukan adalah menghadapinya
semampu kita .Masalah datang bukan untuk dibiarkan tapi untuk dijawab.Begitu
juga aku yang sedang mencari jati diri, kumasuki segala macam lakon di duni ini
aku juga sempat berfikir kalau kuliahku ini memang yang kuinginkan dalam hidup,
apakah hal ini akan membawaku pada kebahagiaan???. Itu semua masih tanda tanya, aku hanya mencoba
menjalaninanya.Meski, aku tak tahu kemana arahku aku terus mengikuti arus dan
itu lebih baik dari pada aku diam tak bergerak.Sesuatu yang diam tidak akan
menghasilkan gaya, lain halnya dengan sesuatu yang bergerak,gerak akan menghasikan gaya dan gaya itu kan terus
bertambah jika kita terus bergerak.Entah apa nama gaya itu, tapi aku suka
menyebutnya = gaya hidip.
Malam ini bulan bersembunyi di balik awan, udara juga terasa
dingin mungkin akan turun hujan.Akhir-akhir ini sering turun hujan ,kemaren
saja aku sempat jatuh terpeleset pada saat naik motor.Untungnya gak telalu
parah, hanya luka ringan di bagian kaki kananku.Sampai-sampai aku harus ke
kampus memakai sandal kurang lebih selama seminggu lamanya. Kelihatannya
teman-teman merasa kelelahan hari ini, mereka sudah banyak yang tidur malam
ini.Aku dengan Fatih masih setia di teras kamar atas menikmati kopi panas
buatannya.Dia sedang membaca buku dan aku sedang bernostagia mengingat
kenangan-kenagan masa lalu di pondok dulu…….
*****
Tepatnya sekitar enam tahun silam saat aku mengenal untuk
pertama kalinya dunia pesantren, dulunya ketika aku masih MI aku pernah
membayangkan melanjutkan sekolah ke SMP dan SMA unggulan di kota tempat tinggalku(demak).Pada awalnya aku ditawari
ayahku untuk mondok. Tapi aku masih belum yakin akan hal itu.Sampai pada suatu
hari kami sekeluarga pergi keluar kota,aku
juga tidak tahu menahu kalau dibalik kepergian itu ayah memiliki rencana
terselubung untuk memondokkan aku.Tentu saja aku masih polos belum mikir sampai
kesitu.Akhirnya kami telah sampai di kota Pati tepatnya di daerah Trangkil,
Guyangan.Disitu terdapat suatu pesantren yang bernama Raudlatul Ulum, kami
melihat-lihat(survey) pondok tersebut mulai dari gedung sekolahnya(dulu aku
sangat kagum dengan kebesaran gedung-gedungnya), asramanya, kantinnya, WCnya,
pokoknya kami telusuri sampai ke sudut-sudutnya.Tapi, ayah bukanlah tipe
pemaksa dia masih memberikan aku kesempatan berfikir untuk menerima atau
tidaknya tawaran mondok tersebut.Keputusan final ada di tanganku.Kami pun
kembali pulang ke Demak.Dalam perjalanan aku hanya diam menghadap ke samping
luar memandangi pemandangan tapi pikiranku terus melayang memikirkan tawaran
ayah tadi.
Tak disangka, Guyangan(nama akrab pondok itu) menjadi
pelabuhanku yang pertama.Disini sangatlah ketat dan disiplin tinggi bisa
diibaratkan inilah Gotor kecil.Aku tidak sendirian, Udin menjadi teman mondokku
disini.Dia adalah anak dari teman ayahku di Demak.Kita berdua masih awam dengan
dunia kepesantrenan.Kemana-mana selalu bersama makan bersama, tidur bersama, ke
sekolah bersama, beli- beli juga bersama, bahkan mandi pun bersama(beda kamar
mandi).Seakan semua jadwal keseharian kita, kita buat sesama mungkin, itupun
pada awalnya.Hingga akhirnya kita mulai mengenal teman-teman yang lain.Kami
bertukar cerita tentang kehidupan kami sebelum berada di Guyangan.Satu hal
wajib yang menjadi kata sandi untuk bertanya adalah menayakan namanya, baru
setelah itu silahkan bertukar cerita sepuas-pusnya.
Alfiyyah adalah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga
santri-santri Guyangan, kitab karya ulama spanyol itu adalah menu utama
disana.Semua santri(Mts) diwajibkan hafal kitab tersebut dan itu menjadi syarat
kelulusan disana.Dalam prosesnya bisa dicicil pada setiap tingkatan kelas.Kenaikan
kelas disana didasari dari tiga aspek
yaitu; hafalan, nilai, dan ketaatan.Salah satu saja dari ketiga
aspek itu tidak terpenuhi, silahkan mengulang di kelas itu lagi.Disiplinnya
juga sangat terkenal di mata sekolah dan pondok yang lain, dan itu bukan
sekedar isu saja.Di Guyangan sekolah masuk pukul 06.45, meskipun begitu seingatku
aku belum pernah terlambat sekalipun.Pokonya peraturan disana mencekik benget,
sebisa-bisanya aku menghindari yang namanya pelanggaran, sekali kena urusan
bisa runyam.Kalau masih pelanggaran ringan sih paling-paling diperingatkan dan disuruh buat surat pernyataan bermaterai,
juga ada bonus hukuman ngetem(berdiam diri sampai batas waktu yang
ditentukan).Apalagi kalau pelanggarannya
sudah cukup berat, anda akan diberi pilihan drop out atau tidak naik kelas tentu
saja ini pilihan yang sangatlah sulit.Tapi jangan tanya jika pelanggarannya
sudah berat, silahkan angkat kaki dari bumi Guyangan.Itu sudah konsekuensinya,
terkadang juga sulit mengklasifikasi apakah pelanggaran itu berat atau ringan
karena dawuh kyai sangatlah absolut disana, tidak dapat diganggu gugat.Jika
kyai bilang itu berat ya berat, kalu kyai bilang itu ringan ya ringan.
Meski Guyangan kelihatannya begitu keras, namun tidak semua
yang ada disana tidak enak-tidak enak melulu.Ada disaat kita merasakan
kebahagiaan yang tak bisa terkatakan
oleh kata-kata.Guru-guru disana juga ahli-ahli semua, dan tingkat keihlasannya
dalam mengajar tidak diragukan lagi.Bahkan ada juga guru yang berasal dari Arab
dan Amerika juga, mereka mengajar pelajaran bahasa tentunya.Dulu aku
sempat mengaji Al-qur’an dengan salah
satu guru Mesir itu, Syekh ‘Adil namanya.Aku disuruh untuk mencoba
menghafalkan juz ‘Amma(juz30).Katanya aku memiliki potensi untuk menghafal,
padahal waktu itu aku tak begitu serius untuk menghafal.Terkadang, banyak yang
agak iri padaku, ya karena bukan sembarang orang yang bisa dekat dengan sang
Syekh.Apalagi sampai masuk kerumahnya, itu sangatlah special.Syekh sangat suka
padaku, kaatanya aku mirip dengan anaknya yang berada di Mesir sana.Entahlah.
“Assalamualaikum ya Fafa,kaifa haluk…??”
“waalaikumsalam syekh, ana khoir syekh . wa anta???”
“Alhamdulillah khoir aidhon”.
Sampai obrolan tidak bisa dielakkan lagi.Setiap kami
berpapasan, Syekh selalu menyapaku. Tidak jarang ketika aku setoran hafalan di
rumahnya aku dibuatkan minuman lemon olehnya, aku merasa senang tapi disisi
lain juga merasa sungkan.Ketika aku sakit di kamar, Syekh juga sempat
menjengukku.Mungkin itu yang membuat teman-teman merasa iri padaku.Kenyataannya
kebersamaanku dengan Syekh hanya berlangsung selama kurang lebih satu tahun
saja, aku sangat berharap ini bisa lebih lama lagi.Syekh sudah seperti ayahku
sendiri.Namun apa daya, tugas Syekh di Indonesia sudah selesai.Pasti syekh
sudah sangat rindu untuk bertemu dengan kelurganya di Mesir sana begitu pula
dengan mereka.Ada satu hal yang tidak mungkin bisa kulupakan.Tepat sebelum
detik-detik kepulangannya keMesir, Syekh ‘Adil memanggilku.Diberikannya sebuah
Al-qur’an kuno kepadaku, aku menerimanya dengan tangan gemataran.Sambil menyerahkan, Syekh berpesan
padaku untuk terus melanjutkan hafalanku sampai seterusnya, jangan berhenti sampai sini saja .Hingga akhirnya,
Syekh benar-benar pergi dari Indonesia, dari Guyangan, dari aku. Ilalliqo’
ma’assalah ya syekh.
Kepergian Syekh memang membuat aku agak terpukul, tapi iti tidak membuatku patah
semangat.Aku terus menjalani kehidupan apa adanya, sak mlakune.Aku sadar di
sini(Guyangan) aku tidak sendiri, masih ada teman-teman yang selalu menemaniku
disaat apapun.Dan semua yang ada di sini yang selalu kurindukan sampai sekarang
dan sampai entah kapan akhirnya.
*****
Aku sempat tergabung dalam kelompok belajar kitab kuning(KBKK)
yang dipelopori oleh Bapak Saifuddin, pak Sai—panggilan akrabnya— adalah
salah satu ustadz yang mengajar di Guyangan. Beliau ialah lulusan pondok
pesantren Sarang,Rembang.Pada awalnya pak Sai masih terbawa suasana di pondok
Sarang, dalam mengajar dia sangatlah tegas, disiplin, dan keras.Namun, dibalik
semua sikapnya tersebut dia memiliki maksud dan tujuan yang baik.Bagi kami yang tergabung
dalam kelompok belajar kitab kuning, dia adalah sosok yang sangat berwibawa dan
sangat memperhatikan anak-anak didikannya.Buktiya aku sendiri.Dulu aku masih
awam banget dengan yang namanya kitab kuning, berkat bimbingan pak Sai dan
teman-teman yang selalu membantuku aku jadi lumayan bisa memahami pelajaran
kitab kuning,setidaknya itu lebih baik jika dibandingkan yang dulu.Disamping
mengajari kitab pak Sai juga memotivasi kami untuk bisa hafal kitab Al-fiyyah
secara total, 1002 bait.Setiap hari jum’at setelah selesai roan(istilah kerja
bakti dalam pesantren) kami KBKK sepakat berkumpul di masjid untuk menyetorkan
hafalan Al-fiyyah kami, tentu saja pak Sai lah yang menyimak.Biasanya setelah
setoran kami bercerita ngalor ngidul bagaikan tidak ada sekat antara guru dan
murid, bahkan terkadang pak Sai mengajak
makan pagi di rumahnya yang memang cukup dekat dengan pondok.
Soal kualitas keilmuan pak Sai tidak perlu di tanya lagi, baru
kemarin pak Sai menjuarai(menjadi jaura ke1) lomba Qira’atu Kutub kategori nahwu ‘ulya tingkat Nasional di
Kalimantan.Bahkan setelah kejuaraan itu pak Sai mendapat tawaran besiswa untuk
kuliah sampai s3, tapi ditolaknya.Dia lebih memilih menjadi guru di Guyangan
tercinta.Ckckckckcck so sweet banget pak.Pak Sai tidak tanggung-tanggung dalam
mengajari kami, semuanya beliau berikan mulai dari ilmunya, pengalamannya,
wejangannya, rumahnya(kita sering menginap disana), bahkan setelah aku lulus
dari Mts Guyangan saat silaturahmi ke rumahnya aku dipaksa(secara halus tentu)
untuk menginap di rumahnya.Dan tentunya aku terima paksaan itu.
Di madrasah, aku masuk kelas VIID.Kelas ini cukup asyik
pikirku,banyak anak nakal ada juga 2anak yang hafalAl-qur’an(keren….),ada yang
pendiam(mungkin aku masuk kategoro yang ini), ada yang cocotan, pokonya multi
talent dech.Di kelas bodoh ini aku tidak akan bisa lupa semua kegilaan-kegilaan
yang kami jalani.Singkat cerita, pasca di kelas orang-orang gila entah ini
mukjizt atau apa yang jelas aku naik ke kelas unggulan, kelas
VIIIA(Alhamdulillah gusti).Di sini hawanya sudah berbeda, kalau dilihat-lihat
dari tampang-tampangya sih memang dari wajah mereka memancarka sindrom keilmuan
yang beneran,gak dibuat-buat.Kalau masuk musimnya semester, wah…. Sudah adatnya
terjadi perang saudara.Semua berebut mendapatkan nilai tinggi.Karena semuanya
belajar aku gak enak kalau gak ikut belajar, walhasil dengan sedikit memaksa
diri akhirnya aku pun juga ikut belajar.Yang aku suka di Guyangan salah satunya
adalah sangat menghormati orang yang sedang belajar.Udah disepakati, jika ada
orang belajar dan disaat yang bersamaan ada orang tidur(malam hari maksudnya)
orang yang tidur harus rela jika lampunya dihidupkan untuk belajar oleh orang
yang belajar
Disamping harus menyetorkan jatah hafalan Al-fiyyah yang menjadi syrat kenaikna
kelas.Ada hal unik lain saat semesteran dan aku sangat menyukainya, yaitu begadang bersama sambil
belajar bersama.Ada yang modelnya giliran;jam segini sampai segini kamu yang
belajar, aku tidur nanti kalau udah selasai aku bangunin, kamu gantian
tidur.Ada yang modelnya sambil makan dan minum kopi sampai pagi(ingat dilarang
merokok).Ada juga yang modelnya buat catatan-catatan kecil(rajah).Ada yang
hanya baca-baca sekilas.Ada yang pura-pura
baca buku sambil tiduran padahal yang dibaca itu komik.Ada yang gak
ngapain-ngapain,tidur.Ada yang lain-lagi yang lebih aneh, tapi mempertimbangkan
etos kesopanan penulis tidak menyebutnya.Jadi gak usah kaget atau tercengang
jika saat ngerjain soal tes hanya diselesaikan dalam waktu 5menit saja,padahal waktunya
masih sisa banyak.Itu udah biasa di Guyangan.Sisa waktu digunakan untuk tidur
sebaik-baiknya, sebagai ganti tidur semalam.Atau langsung ke soal berikutnya,
dan langsung bisa pulang.Meskipun begitu tidak semunya seperti itu, itu hanya
kaum minoritas.Kaum yang mayoritas masih saja sibuk mencari contekan, atau
mungkin membuka rajah yang dibuatnya semalam.Tentunya banyak sekali model dan
gaya mencontek yang menurut penulis, pembaca lebih menguasainya.
*****
Soal makan disini ada tiga pilihan.Bisa milih jajan di warung
sekitar pondok, ada bu senyum yang kerjanya slalu senyum saat melayani
pembeli,ada bu rusminah sosok wanita tua yang ditinggal mati oleh suaminya
tetapi masih memiliki semangat tinggi untuk berjualan, ada warsem(warung
sempit) terletak di gang sempit antara dua rumah penduduk yang dimanfaatkan
semaksimal mungkin oleh penjualnya, ada warung gedung putih;disebut demikian
karena letaknya yang berada di belakang gedung putih(gedung Mts catnya warna
putih),semua tadi adalah warung-warung yang legal bagi para santri.Disamping
itu juga warung-warung yang illegal di Guyangan, dan bagi para santri yang
jajan disitu akan mendapatkan sangsi dari pihak pengurus.Meskipun pada nyatanya
banyak santri yangh jajan disitu, ya…. Karena kasihanlah, masak udah
susah-susah jualan gak ada yang mau beli(lebih tepatnya gak boleh beli).
Pilihan kedua adalah makan ngekos di pak Jalil(itu masih
keluarga podok).Ini sangat dianjurkan
khususnya bagi santri-santri yang memang alergi dengan masakan kampung di
warung-warung sekitar pondok.Dan tidak jarang makan di pak Jalil digunakan
untuk para santri putra untuk bertemu
dengan para santri putri.Maklum anak putri kalau gak makan ngekos ya pasti makan nasi bungkus
kiriman dari orang kampung , santri putri selalu berada di dalam tembok asrama
hanya bisa keluar ketika pergi ke
sekolah atau hanya jika ada even-even penting saja.Kasihan.
Pilihan yang ketiga adalah masak sendiri di pondok(gak
mungkin kan kalau di tengah jalan), biasanya akan terbentuk kelompok-kelompok
yang terdiri sekitar 4-7 anak.Setiap kelompok akan memiliki kebijakan
masing-masing, hanya ada satu peraturan yang sama di setiap kelompok yaitu
harus urunan semuaya.Wajib hukumnya, bagaimana mungkin mau makan kalau gak ada
uang????.Pilihan ketiga ini paling rentan memicu pertengkaran, karena dalam
kelompok pastilah ada yang loyal juga ada yang tidak.Tapi, dibalik itu ada
semacam pelajaran untuk menumbuhkan rasa sosial, lebih mendewasaka diri, saling
mengerti karakter satu sama lain.Masakan bagaimana pun bentuk dan keadaannya,
sebagai rasa penghormatan ya kami telan semuanya aja mumpung lagi
laperr.Minumnya pun sangatlah alami, hanya air keran. Ya betul air keran yang itu lho yang biasa dipake untuk mandi, mencuci,
cebok, mengepel, pokoknya air keran bagaikan air surga bagi kami, bisa berguna
untuk apa saja bahkan air keran juga bisa berguna untuk mainan,hehehe.Aku yang pernah merasakan ketiga pilihan makan
tadi, merasakan kalau makan dengan masak
adalah yang paling seru, menantang, sekaligus menjijikkan(jadi inget saat bikin
sambel basi, nasi jadi bubur, gosong
lah, masih mentah lah, juga sering nyampur bumbu yang udah jatuh kotor
yang tetep dimasukin di masakan, serba
ancur pokoknya dah).
Tak terasa aku sudah berada di kelas IXA, tinggal selagkah
untuk lulus dari Mts Guyangan.Padet banget kegiatan saat kelas IX, ada les-les
wajib dari madrasah sampai belajar-belajar kelompok di pondok.Kalau boleh cerita ada temen selain
anggota KBKK yang menurutku sangat berjasa dalam menuntun kebodohanku menuju
keagak pintaran, dialah aple(nama aslinya afif).Dia selalu mengajari aku
terutama pelajaran yang masuk dalam materi UAN.Sayangnya dia bukan anak
pondok,dia anak kampung.Jadi kami hanya bisa bertemu di madrasah, dia juga
mengajari cara untuk menangis(aneh banget gak sih, tapi ini beneran).Kami
bagaikan Dudung dan Maman dalam lagu Cangcuters, terkadang kami terlihat begitu
keren dan kuul tapi juga sering terlihat sangat konyol saat sedang guyonan.Dia
sangatlah terkenal dikalangan santriwati-santriwati, bisa diibaratkan dialah
toilet pribadi diantara toilet-toilet umum.Sempurna.Singkat cerita, semua
angkatan kami dinyatakan lulus 100%(seingatku begitu).Langkah selanjutnya
adalah?.
Tepatnya hari itu, aku lupa hari apa.Hari ketika aku akan
pulang ke rumah, yang jelas hari itu ayah bertanya ke padaku.”Fa, gimana? Mau
nerusin disini atau dimana??”itu adalah pertanyaan paling mudah diucapkan tapi
sangatlah sulit untuk dijawab. Aku masih saja terdiam.
“Aku pengen menghafal Al-qur’an, yah” tiba-tiba terdengar
suara yang tak kusadari, ternyata itu berasal dari mulut manisku sendiri.Aku
sempat kaget setengah mati, mendengar ucapanku sendiri.Padahal aku tak pernah
memikirkan hal tersebut sebelumnya.Meskipun begitu, anehnya aku merasa sangat yakin dengan apa yang barusan
aku katakan.
“ow, begitu. Kalau begitu kita langsung menuju ke Kudus di
PTYQR” kata ayahku santai, dengan masih
mengeja kata PTYQR yang terakhir tadi.
“PTYQR…….?” Aku mengernyitkan dahi.Bingung.
Hanya butuh 1jam untuk
sampai di kota Kudus.Ow iya, saat kepulanganku ini aku ditemani sebagian
teman-temanku, mau maen ke Demak—rumahku maksudnya—kata meraka.Mereka adalah
kang Arib(anak guruku), Saifiddin(ahli b.arab), Zuhal(ahli debat), dan tentunya
Aple(anak konyol).Meraka akhirnya menjadi saksi masa depanku setelah dari
Guyangan, tepatnya di PTYQR.Aku baru tahu setelah sampai di sana ternyata PTYQR
adalah singkatan dari “Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Remaja”.Pada saat itu
memang keputusannya belum final, kami masih sekedar melihat-lihat dulu.Kalau
cocok bungkus, kalau enggak buang aja.Setelah lumayan puas dengan surveinya
kami lanjutkan perjalan ke Demak, ke rumahku.Oh rumah I miss U.Liburan ini kami
habiskan waktu seenjoy mungkin, aku ajaj para tamuku jalan-jalan keliling
Demak, kebetulan rumahku berada di jantung kota.Mereka di rumahku sekitar
seminggu lamanya(tapi menurutku itu masih sebentar) setelah itu mereka pulang
ke rumah masing-masing.Sekarang waktunya untuk keluarga.HUFT.
*****
Lagi-lagi entah kenapa,seperti tak terduga .Akhirnya pun aku
berada di sana PTYQR,pelabuhanku yang kedua.Aku sudah menjadi santri resmi
disana setelah melewati tes seleksi masuk pesantren.Begitu terkejutnya aku ketika kudapati ada 2temanku dari Guyangan
yang sama melanjutkan disana, itu pun tidak ada rencana diantara kami .Irvan
dan Maco(aslinya Ashim) namanya.Suka duka selalu kami jalani bersama, kami
bertiga sangatlah kompak dalam segala hal.Mulai dari ngaji, ngenet, bolos
sekolah, blurut(meninggalkan sekolah ditengah pelajaran), pikiran kami pun
relative seirama.Kalau dibandingkan Maco,aku dan Irvan masih dibawahnya dalam
masalah hafalan Al-qur’an. Maco sudah khatam sejak dari Guyangan dulu.Meskipun
begitu, itu tidak membuat hubungan kami renggang.Kami tetaplah kompak satu sam
lain.
Berbeda dengan Guyangan, di Bejen(sebutan pondok PTYQR)
peraturannya lebih terkesan longgar tapi kadang makan hati banget.Jarak
antara ustadz dengan santri sangatlah
jauh, usatadz dan santri bagai 2kutub yang sangat sulit disatukan.Pasti selalu
ada yang namanya kontra diantara kedua kubu.Namun pada saat-saat tertentu terkadang (jarang)kedua kubu ini terlihat
begitu dekat, akrab, dan solit banget.Menjadi santri bejen harus siap menerima pandangan
interpretasi dari para ustadz.Baik dan
buruknya santri di bejen dilihat dari berapa banyak mereka melanggar peraturan,
setiap pelanggran ada poin yang harus diterima bagi para santri.Poin yang sudah
mencapai angka seratus(100) secara tidak langsung mengatakan “silahkan angkat
kaki dari bumi bejen !!”.Setiap bulan akan diadakan pemeriksaan rambut
sekaligus pembacaan poin.Ini merupakan ritual wajib setiap akan libur bulanan
dan tak jarang banyak santri yang merasa tidak terima, karena mereka menganggap
diri mereka sudah besar kenapa harus diperlakukan layaknya anak kecil.
Saat menegangkan lainnya adalah ketika pemeriksaan alat-alat
elektronik.Karena waktunya yang mendadak dan tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan,
yang membuat seru.Wah, kalau yang satu ini cukup mungkin menyulut api
pertikaian antara santri dan ustadz.Lemari-lemari digeledah, jemuran pakaian di
raba-raba, kasur-kasur diperiksa, pokonya setiap sudut tidak akan luput dari
mata para ustadz.Mungkin masalah ini masih turun-temurun sampai sekarang dan
aku pikir biarlah begitu tak usah ada perombakan.Karena hal itu pasti yang akan
terkenang di kemudian hari.
*****
Selain mengaji Al-qur’an di bejen, para santri disana
diwajibkan sekolah di madrsah TBS(Tasywiqut Tullab Salafiyyah) .Aku berani
jamin tidak ada sekolahan di jagad manapun yang seunik, seaneh, dan sebebas
TBS.Didalamya mengandung barokah para kyai dipadu dengan sikap tawadhu’ para murid menambah sakral suasana
disana.Kalau mau tidur TBS lah tempatnya, kalau mau bolos TBS lah startnya,
kalau mau terlambat TBS lah tujuannya, kalau mau barokah ilmunya TBS lah
asalnya, kalau mau sekolah tapi gak banyak mikir TBS lah solusinya, intinya
kalau mau yang enak-enak TBS lah gudangnya.Keindahan dan kekacauan TBS tak bisa
terungkapkan dengan kata-kata.TBS adalah hitam-putih hidup bagi para
penghuninya.
Kegiatan selama nyantri di Kudus kalau gak berkisar ngaji
Al-qur’an, sekolah santai, belajar terkadang, tidur sehat, dll.Aku cukup
terkenal di kalangan adek-adek kelas(yang di pondok).Mereka sangat senang
banget mendengarkan pengalamanku hidupku, terutama ketika di Guyangan dulu.Tak
jarang bocah-bocah itu minta di dongengin sebelum tidur,sampai-sampai anak MA
pun banyak yang gandrung dengan cetita-ceritaku.Meski aku tidak terlalu handal
dalam hal perkitaban, aku paling sering dijadikan rujukan untuk bertanya.Maklum
saja bejen kan pondok qur’an, aku yang berasal dari pondok kitab sudah barang
tentu memiliki karisma tersendiri di mata mereka(sombong nih…).Ya itung-itung
mengenag masa-masa ketika menjadi anggota
KBKK.Hhehe.
Tiga tahun di bejen begitu tak terasa(bentar lagi kiamat
mungkin).Aku sudah kelas XII sekarang.Kalau dilihat dari kisaran umur inilah
waktu bagi para pelajar untuk menentukan ke arah mana masa depannya nanti?.Pada
awalnya aku gak begitu minat dengan yang namanya masa depan.Hingga akhirnya
timbul rasa penasaran bertepatan dengan di umumkannya progam beasiswa bagi
santri berprestasi.Aku tertarik untuk mencobanya, aslinya aku gak begitu serius
menjalanianya.Hanya ingin mencoba seberapa jauh kemampuanku.Dari bejen ada
3delegasi untuk mengikuti tes beasiswa tersebut, ada aku, irvan , dan juga si
ocyid.Aku masih teringat betul betapa tidak berdayanya aku menghadapi soal-soal
pada saat itu, aku hanya mengandalkan sholawat saja yang kubaca setiap akan
melingkari jawaban.Nyatanya dari ketiga delegasi bejen hanya aku yang lulus
tes, tanpa belajar, tanpa apa-apa.Aku dinyatakan lulus.Ini aneh atau ajaib aku
juga bingung, padahal aku yakin irvan dan ocyid lebih layak dibandingkan aku(walah
merendah).YA, mungkin saja ini sudah menjadi skenario tuhan.Aku hanya bisa
tersenyum.
Setelah pengumuman kelulusan UAN ditambah kelulusan besiswa
tersebut aku masih diberi kesempatan tuhan untuk ikut acara paling agung dalam
sejarah bejen. Itulah Haflatul Khidzaq.Aku, irvan, dan maco memang tidak
dapat terpisahkan, kami menjalani Haflah secara bersamaan dan itu memiliki
nilai kepuasan tersendiri dalam perjalanan hidup kami.Setiap tawa selalu
dibarengi dengan tangis, itulah roda kehidupan.Mendapatkan label lulus
memanglah sangat dilematis .Di sisi ini merasakan bahagia karana lulus,
namun di sisi lain begitu sedih karena harus berpisah dengan semua
kenangan-kenangan tempo hari.Hal yang semacam inilah yang tidak bisa dibeli
dengan uang seberapa banyaknya sekalipun.Pasti aku akan rindu sekali saat-saat
merokok di makar mandi, mencuri matoa dan rambutan pak kyai, menyabotase
dapur,didenda ustadz, mengharumkan nama pondok lewat perlombaan,setor hafalan pada
ustadz dam romo kyai, mbonex demi lihat konser,minum kopi arab di menara kudus,
kabur dari pondok lewat jemuran, terutama disaat kebersamaan dengan teman-teman sepondok sepelarian.OH bejen, satu
hal dalam hidupku yang layak untuk dirindukan. -_-
*****
“Ciit, ciet, ciiet…….” Suara ipung(burung peliharahanku)
memecahkan lamunan panjangku.Aku tersadar malam sudah begitu larut, entah sudah
berapa lama aku menerawang tadi.Dalam
hati, aku masih menyimpan tanda tanya. ‘’ke arah manakah tujuan hidupku……..?”.Aku
tidak begitu suka dengan hidup yang banyak perencanaan, aku lebih suka hidup
yang tak terencanakan.Hidup akan lebih terasa menantang dan tentunya tidak
membosankan.
“Tuhan, aku tahu engkau tidak tidur.Maka ijinkan lah malam
ini aku menemanimu……….hanya kita berdua “.Pikiranku kembali melayang entah
kemana, aku tak menghiraukannya.Tuhan sudah terlanjur menjadi tuhan.